Pinjol Karena Judi

Pinjol Karena Judi

Mulai Belajar Pengaturan Keuangan

Nah, bagi kamu yang ingin mengakses pinjaman online, tentu harus memikirkan banyak hal, apalagi setelah melihat sederetan fenomena di atas.

Pastinya kamu memang harus menghindari pinjol ilegal lantaran bisa merugikan kamu dan keluarga.

Perlu kamu ingat kalau bunga pinjol ini biasanya lebih tinggi dibandingkan pinjaman lainnya sehingga tentu memberatkan.

Selain itu, tenor atau jangka waktu pinjaman biasanya relatif lebih pendek dibandingkan kredit dari bank.

Kamu memang bisa mendapatkan uang dalam jumlah lumayan banyak secara cepat, tetapi apakah kamu sanggup membayar cicilan?

Saatnya, kamu mulai melakukan banyak hal seperti belajar mengatur keuangan, memiliki pekerjaan sampingan, berinvestasi, dan lainnya.

Tentunya, agar kamu terhindar dari pinjaman online dan tidak terkena gangguan mental karena pinjol. Jangan sampai terjadi ya.

Kalau kamu ingin belajar mengenai investasi pasar modal hingga investasi properti, simak sejumlah panduannya di blog Skorlife.

Pastikan kamu cek skor kredit melalui aplikasi Skorlife, sebelum kamu mengajukan kredit pembiayaan untuk membeli mobil baru.

Belum punya kartu kredit Mayapada Skorcard, segera ajukan agar kamu memperoleh banyak manfaat setelah melakukan transaksi.

Intip rekomendasi terbaru dari blog Skorcard mengenai hotel terbaru, tempat wisata paling keren, hingga makanan paling enak.

Mengungkap Gangguan Mental Karena Pinjol

Situs berita online Kompas pernah mengolah Data Mikro Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022.

Data tersebut mengungkapkan tingkat gangguan kesehatan mental berdasarkan jenis kredit. Hasilnya sebagai berikut:

Data memperlihatkan kalau jenis kredit yang paling banyak menyebabkan gangguan kesehatan mental adalah pinjol.

Artinya lebih dari separuh orang yang mengakses pinjol mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini berbeda dengan jenis kredit lainnya.

“Dari narsum yang kita wawancarai sebagian besar merasa stres, karena teror dari debt collector,” ujar tim Jurnalisme Data Harian Kompas Albertus Krisna.

Kalau peminjam gagal bayar hanya sekali saja, maka ada debt collector yang akan langsung menagih, tidak hanya ke peminjam tetapi juga ke keluarganya.

Krisna menambahkan kalau ada narasumber yang mengalami debt collector datang ke rumah sang ibu lebih dari seminggu sekali.

Bahkan, debt collector juga kadang melakukan teror ke teman, orang sekitar, hingga semua kontak yang dipunyai oleh peminjam.

Utang yang belum terbayar, jumlah bunga yang semakin besar, dan teror debt collector membuat peminjam stres.

Tidak jarang, peminjam akhirnya mengalami gangguan mental hingga akhirnya ada yang lebih memilih bunuh diri.

Jumlah Kasus Bunuh Diri Terkait Pinjol

Sejak 2019, ketika pinjol mulai marak, total kasus terkait bunuh diri mencapai 51 orang. Namun, perlu diingat kalau kasusnya beragam.

Hal ini mencakup jumlah orang yang melakukan bunuh diri, percobaan bunuh diri tetapi berhasil diselamatkan, dan membunuh orang lain.

Pada 2021, ketika puncak pandemi Covid-19, jumlah kasus bunuh diri lantaran masalah utang tercatat 13 orang.

“Data ini diolah dari berbagai berita media massa sejak tahun 2019 hingga 16 Desember 2023,” kata Founder Center for Financial and Digital Literacy, Rahman Mangussara.

“Dengan asumsi bahwa tidak semua kasus bunuh diri karena terjerat utang online ilegal dan sejenisnya diberitakan media, maka bisa diduga jumlah kasus tersebut dapat saja lebih dari 51 kasus,” lanjutnya.

Dari data yang sama, 51 kasus tersebut, ada lima anak balita (di bawah umur lima tahun)  yang kehilangan nyawa oleh orang tuanya sendiri sebelum mereka bunuh diri.

Lantas, ada dua pasang suami istri yang mengakhiri nyawanya. Dari jumlah 51 orang itu, sebanyak 31 di antaranya adalah pria dan sisanya 15 wanita.

Sementara, lima balita yang telah disebutkan sebelumnya di atas, tidak disebutkan jenis kelaminnya.

Kalau bicara rentang usia, maka para korban berusia paling muda adalah 16 tahun, sementara yang paling tua adalah 64 tahun.

Sebagian besar dari korban yang memilih mengakhiri nyawanya ini memilih cara melakukan gantung diri.

Analisis 1: inklusi keuangan tinggi, literasinya rendah

Berdasarkan hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2022 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68%. Meskipun naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03%, angka ini tergolong rendah. Sementara, tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 85,10% pada 2022, naik dari 76,19% pada 2019.

Indeks literasi keuangan terdiri dari parameter pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap, dan perilaku seputar keuangan. Sedangkan, indeks inklusi keuangan berpaku pada akses masyarakat terhadap produk keuangan yang ada.

Sementara, Data Statistik Fintech OJK menunjukkan bahwa transaksi tahunan bisnis pinjol naik menjadi Rp50,3 triliun per November 2022, atau meningkat sebesar 72,7% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, tingkat wanprestasi (gagal bayar) secara agregat pada kurun tersebut tercatat menurun menjadi 2,83%, walaupun terdapat 23 perusahaan yang berada di atas ambang 5%.

Di sisi lain, data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan bahwa total transaksi judi online di Indonesia pada 2017 – 2022 diperkirakan mencapai Rp190 triliun. Total 2,76 juta pemain terlibat–2,19 juta di antaranya disinyalir berpenghasilan rendah dengan nilai transaksi di bawah Rp100 Ribu.

Pada dasarnya, pernyataan bahwa literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah memang benar. Terlebih lagi, tingkat literasi tersebut tidak sebanding dengan tingkat partisipasi masyarakat pada layanan keuangan seperti pinjol. Pada waktu yang sama, terdapat pertumbuhan pesat dari permainan judi online di Indonesia.

Rendahnya literasi keuangan menjadi salah satu faktor kerentanan terhadap perilaku keuangan yang tidak bertanggung jawab. Namun, ada banyak faktor yang juga menentukan pemakaian pinjol dan judi online. Kedua permasalahan tersebut tidak dapat dipecahkan hanya dengan pendidikan literasi keuangan.

Kamu harus waspadai gangguan mental karena pinjol (pinjaman online) agar hidup lebih tenang, nyaman, dan damai.

Mungkin kamu pernah mendengar orang stres lantaran ditagih pinjol atau malah sampai mengakhiri nyawanya?

Jangan sepelekan masalah ini lantaran pinjaman ini ternyata bisa membuat seseorang mengalami gangguan secara psikis.

Blog Skorlife akan membahas mengenai pinjol dan gangguan mental lebih lanjut dengan merangkum dari berbagai sumber.

Situs berita online Liputan6.com melansir data dari Center for Financial and Digital Literacy mengenai jumlah orang yang bunuh diri akibat pinjol.

Jumlahnya pada akhir Desember 2023 mencapai 25 orang. Sebenarnya, jumlah ini juga menghitung korban dari bank keliling dan bank emok.

Sekadar informasi, bank keliling dan bank emok semacam pembiayaan informal yang diberikan kepada individu oleh individu atau kelompok.

Jumlah orang yang bunuh diri lantaran pinjol dan lainnya ini diklaim yang paling tinggi dalam lima tahun terakhir.

Analisis 2: ada tekanan sosial

SNLIK OJK tahun 2022 menunjukkan bahwa literasi keuangan meningkat pesat selama 10 tahun terakhir, dari 21,8% pada 2013 menjadi 49,68% pada tahun 2022. Sementara, inklusi keuangan meningkat dari 59,4% menjadi 85,10% selama periode yang sama.

Hasil riset dan ekonometri Asian Development Bank tahun 2020 menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan penting dalam literasi keuangan, dan pada gilirannya memengaruhi kemiskinan.

Dalam mengejar literasi keuangan, terdapat empat hambatan yaitu bervariasinya pendidikan yang ada, keinginan untuk mempelajari finansial, paradigma legalitas produk keuangan, dan infrastruktur yang tidak merata.

Sementara itu, menurut OJK, terdapat 101 pinjol terdaftar. Modul literasi keuangan juga telah tersedia.

Dari sisi konsumsi, pengeluaran juga terpengaruh tekanan sosial masyarakat. Survei dari UOB Indonesia menunjukkan pengeluaran generasi milenial berpusat pada makanan, kecantikan, perjalanan, dan aktivitas digital. Sementara, data lain menunjukkan laki-laki urban memiliki pengeluaran yang lebih besar, tergantung jumlah anggota keluarganya.

Pernyataan Ganjar tentang literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah patut untuk dicermati. Sebab, pada 2022, 1 dari 2 orang Indonesia sudah memiliki pengetahuan tentang produk keuangan.

Fenomena pinjol dan judi online bukan sekadar masalah literasi tetapi juga konsumsi yang berlebih. Keengganan untuk mempelajari produk keuangan serta ketidaktahuan apakah produk keuangan legal atau tidak juga patut untuk dilihat.

Tekanan sosial memengaruhi bagaimana orang mengkonsumsi produk finansial yang ada. Karakteristik jumlah keluarga–apakah dia single atau sudah menikah–juga memberi dampak.

Yang terpenting adalah pengetahuan soal manajemen keuangan agar masyarakat tidak melakukan pengeluaran berlebih.

Read more: Kenapa penjudi slot percaya bisa menang meski pasti kalah? Ini bagaimana operator memanipulasi bias psikologi pemain

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

miskin karena judi online

Rabu, 9 September 2020

Maka pentingnya kita mengerti literasi digital. Kadang kadang di ‘handphone’ (HP) bapak-ibu termasuk di hp saya. Hanya dengan KTP saja, sudah bisa mendapatkan pinjaman begitu. Digoda gitu, untuk pinjam ‘online.’

Kandidat calon presiden Ganjar Pranowo saat bersilahturahmi dengan Caleg, Partai Politik Pendukung Ganjar-Mahfud beserta organisasi masyarakat (Ormas) di Perum Graha Puspa Karangpawitan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat 15 Desember 2023.

Ganjar menyebut literasi masyarakat Indonesia soal keuangan masih rendah sehingga membuat masyarakat kerap bermasalah dengan pinjaman online (pinjol) dan judi online.

The Conversation Indonesia menghubungi Imam Salehudin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Alexander Michael Tjahjadi, peneliti dari Think Policy untuk memeriksa kebenaran pernyataan Ganjar tersebut.

Mengenal Pinjaman Online (Pinjol)

Apa sih yang dimaksud dengan pinjol? Mungkin masih banyak di antara kamu yang belum memahaminya.

Dalam bahasa kerennya, pinjaman online adalah fintech peer to peer lending (P2P) yang menyediakan layanan pinjaman uang yang dapat diakses secara online.

Situs Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan pinjol adalah bentuk usaha yang menyediakan layanan finansial menggunakan perangkat lunak dan teknologi modern

Laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech lending juga disebut sebagai Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI).

Pinjol juga bisa diartikan sebagai aplikasi pinjaman dana secara online dengan sumber dana berasal dari perseorangan atau perusahaan.

Pinjaman ini memanfaatkan teknologi sehingga memudahkan masyarakat mengakses produk keuangan dan membuat proses transaksi menjadi lebih sederhana.

Kalau ingin mengajukan pinjol tentu mudah. Kamu hanya perlu menunjukkan sejumlah dokumen seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk), Kartu Keluarga, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan slip gaji.

Selain itu, proses pencariannya juga terbilang singkat. Ada yang kurang dari 24 jam saja dari waktu pengajuan.

Perlu kamu ketahui kalau ada pinjol ilegal dan pinjol legal. Pastinya, kalau pinjol legal terdaftar secara resmi di OJK, sementara pinjol ilegal sebaliknya.

Kamu harus menghindari pinjol ilegal agar data tidak disalahgunakan sehingga dirugikan. Selain itu, masih banyak kerugian kalau mengakses pinjol ilegal.