Kingmaker Adalah

Kingmaker Adalah

Person or group with influence in royal or political succession

A kingmaker is a person or group that has great influence on a monarchy or royal in their political succession, without themselves being a viable candidate. Kingmakers may use political, monetary, religious, and military means to influence the succession. Originally, the term applied to the activities of Richard Neville, 16th Earl of Warwick—"Warwick the Kingmaker"—during the Wars of the Roses (1455–1487) in England.[1][2]

In game theory, a kingmaker is a player who lacks sufficient resources or position to win at a given game, but possesses enough remaining resources to decide which of the remaining viable players will eventually win.

The term kingmaker, though always unofficial, has tended to gain more importance in places of power struggle—e.g., politics, sports organizations etc. Consequently, bestowal of such a title is looked upon significantly and more often as a means of indirect gratification for individuals wanting to silently dictate the affairs of the organization. The term is also occasionally used in a pejorative sense during elections where a small number of independent political candidate(s) who hold a sizeable sway in the "vote bank" can most likely decide the course of an outcome.

As well as referring to an individual, the term can also be applied to institutions or think tanks whose opinions are held in great regard by the interested organization. The influence of the religious orders like the Roman Catholic Church in running the affairs of the state during medieval times (through the king) is a well-known example. Kingdoms and empires in the Indian sub-continent often relied on their religious heads. Besides religious orders, even countries can fit into this terminology when they can dictate the affairs of the other country (either directly or indirectly). In current political scenarios across the world the term can expand its scope to include powerful lobbying groups, whose role is often seen as a defining factor on major issues.

Citizens of West African sub-national monarchies often use the word kingmaker to refer to the members of the electoral colleges that choose their sovereigns because they also usually officiate during the coronation rituals and rites of purification, the word in this particular case taking on a literal meaning i.e. a maker of the king.

The term kingmaker is also used to describe situations in multi-player games where a player is either unable to win or has claimed an unassailable lead, but, in either case, plays a strong role in determining the outcome for other players.

in Wiktionary, the free dictionary.

: one having great influence over the choice of candidates for political office

Subscribe to America's largest dictionary and get thousands more definitions and advanced search—ad free!

Bola Tangkas is an Indonesian-style poker game developed by Kingmaker that revamps the traditional poker experience. The game involves 7 cards, with the primary goal being to form the best possible five-card poker hand. Players must carefully decide which two cards to discard, adding a strategic layer to the game. Each round allows up to four betting opportunities, heightening the excitement as players anticipate the draw of one to two new cards per bet.

The Bola Tangkas game includes captivating bonus features that enhance the gaming experience. Key features include:

In Bola Tangkas, the symbols play a pivotal role in the game dynamics. The primary symbols include:

The payouts in Bola Tangkas are designed to reward players generously, with the maximum win potential being 500 times the bet amount. Here’s a breakdown of the payout structure:

As Bola Tangkas is based on poker game mechanics rather than traditional slot games, it does not feature traditional paylines. Instead, winning is based on creating the best possible poker hand from the seven cards dealt each round.

Minimum and Maximum Bet

Bola Tangkas caters to a wide range of players with its flexible betting options. The minimum bet is set at $1, making it accessible for casual gamers or those new to card games. The maximum bet can reach up to $100 per game, appealing to high rollers and experienced players looking for higher stakes and greater winnings.

The game jackpot for Bola Tangkas can reach up to 500 times the player’s bet, providing a substantial payout for the luckiest of players. Additionally, the game’s high RTP of 97% and its high variance nature mean that while wins may be less frequent, they are likely to be significant when they occur, making each round thrilling and potentially very rewarding.

Kingmaker, the provider of Bola Tangkas, is known for developing engaging and innovative gaming solutions. Since its inception, Kingmaker has focused on creating games that not only entertain but also provide a rich player experience with high-quality graphics and immersive gameplay. Their use of modern technologies like JS and HTML5 ensures that their games are accessible on a wide range of devices, further establishing their reputation in the digital gaming market.

Bola Tangkas offers a unique twist on traditional poker, incorporating elements of strategy and luck that will appeal to both seasoned card players and newcomers. With its high RTP and potential for significant payouts, along with the strategic depth provided by having to select and discard cards, it promises not just a game of chance but a thrilling mental challenge. Whether you’re looking for a quick entertaining session or a long engagement, Bola Tangkas by Kingmaker is a formidable choice among modern card games.

The Kingmaker killed Ruiz to tie up loose ends.

The Kingmaker membunuh Ruiz untuk menghentikan ini.

Istilah "kingmaker" digunakan untuk menggambarkan seseorang atau kelompok yang berkuasa dan berpengaruh, yang memainkan peran penting dalam suksesi suatu kerajaan atau kesuksesan politik di suatu negara.

Mereka biasanya mengandalkan koneksi politik, kekayaan, atau kecakapan militer untuk mendapatkan hasil yang mustahil terjadi tanpa kontribusi mereka.

Dua karakteristik lain yang secara umum menggambarkan kingmaker adalah bahwa mereka seringkali tidak memenuhi syarat untuk posisi yang mereka pengaruhi, dan biasanya muncul selama perebutan kekuasaan antara pihak yang sedang berseteru.

Tokoh-tokoh di bawah ini mungkin terdengar asing bagi kalian, tetapi pengaruhnya terhadap sejarah tidak dapat disangkal sangatlah besar. Berikut 8 kingmaker yang telah membentuk alur sejarah dunia.

Chanakya, juga dikenal sebagai Kautilya, adalah filsuf yang hidup pada abad ke-4 SM, yang menjabat sebagai guru dan penasihat Chandragupta Maurya, serta membantunya untuk membangun salah kerajaan terbesar dalam sejarah India.

Selama masa Chanakya, sebagian besar India terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang disebut Mahājanapada, kecuali untuk wilayah utara yang merupakan rumah bagi Kerajaan Magadha yang diperintah oleh dinasti Nanda.

Sebagian besar informasi yang kita miliki tentang Chanakya berasal dari sumber semi-legendary, jadi sulit untuk membedakan antara fakta dari fiksi. Namun, semua sumber itu setuju kalau Raja Dhana Nanda telah menghina Chanakya, sampai membuat filsuf itu bersumpah kalau ia akan menghancurkan dinasti Nanda.

Untuk melakukannya, Chanakya bersekutu dengan Chandragupta Maurya muda, seorang anak yatim piatu yang memiliki darah bangsawan, tergantung pada sumbernya. Keduanya pun perlahan mulai mengumpulkan pasukan untuk menantang dinasti yang berkuasa saat itu.

Perang itu sendiri tidak terdokumentasi dengan baik, dan sebagian besar dirujuk dalam catatan-catatan dari para sejarawan Romawi dan Yunani. Namun seperti yang dilansir dari Ancient History Encyclopedia, sekitar tahun 321 SM Chandragupta berhasil menggulingkan dinasti Nanda dan menjadi penguasa pertama Kekaisaran Maurya.

Chandragupta mendasarkan kebijakan politik dan ekonomi pada Arthashastra, sebuah risalah India kuno yang biasa dikaitkan dengan Chanakya. Para penggantinya juga mendasarkan kebijakan mereka pada Arthashastra, termasuk cucunya, Ashoka, yang nantinya akan memperluas Kerajaan Maurya dan menyebarkan agama Buddha ke seluruh India.

Sejak Augustus menjadi kaisar pertama Romawi, Garda Praetoria bertindak sebagai perincian keamanan pribadi sang kaisar. Mereka melayani kaisar selama lebih dari 300 tahun, dan ketika kekuatan Garda tumbuh bersama dengan kekaisaran, mereka menjadi semakin korup.

Meskipun disumpah untuk melindungi kaisar, Garda Praetoria lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri. Jika seorang kaisar menentang kepentingannya, para Praetoria tidak ragu untuk membunuh mereka.

Dilansir dari laman resmi University of Chicago, terhitung sudah lebih dari selusin kaisar Romawi yang dibunuh oleh mereka, termasuk Commodus, Caligula, dan Aurelianus. Keserakahan para Garda Praetoria pun mencapai puncaknya pada tahun 193 M, tepatnya selama Masa Lima Kaisar.

Mereka membunuh kaisar Romawi terakhir, Pertinax, karena mencoba melembagakan reformasi di dalam tubuh Garda Praetoria. Setelahnya, mereka melelang gelar kekaisaran kepada penawar tertinggi. Didius Julianus memenangkan lelang ini, memerintah selama sembilan minggu sebelum akhirnya dieksekusi oleh Praetoria.

Nasib Garda Praetoria berakhir pada 312 M ketika dibubarkan secara permanen oleh Konstantinus Agung. Awalnya mereka mendukung Maxentius dalam pertarungan tiga arah untuk takhta, tetapi Konstantinus berhasil menang telak dan membuang Praetoria yang tersisa ke sudut-sudut Kekaisaran Romawi.

Flavius ​​Ricimer adalah seorang jenderal yang memerintah selama dua dekade terakhir Kekaisaran Romawi Barat dengan menggunakan pengaruhnya melalui kaisar boneka. Dilansir dari Britannica, ayah Ricimer adalah seorang pemimpin Suku Suebi, sedangkan ibunya adalah seorang putri Visigoth, sehingga ia tidak bisa menjadi Kaisar Romawi.

Namun ketika bertugas di militer, Ricimer berteman dengan Flavius ​​Julius Majorianus, dan pada tahun 457 M ia membantunya menjadi Kaisar Romawi Barat. Sebagai gantinya, penguasa baru itu menjadikan Ricimer sebagai magister militum atau kepala pasukan Romawi.

Setelah Majorianus dikalahkan dalam kampanye melawan Vandal, Ricimer meyakinkan Senat untuk berbalik melawan kaisar. Setelah Majorianus kembali ke Italia, ia ditangkap, disiksa, dan dieksekusi. Pada tahun 461, Ricimer mengangkat Libius Severus sebagai kaisar baru Kekaisaran Romawi Barat.

Severus meninggal pada 465, dan butuh hampir dua tahun sebelum penguasa baru diangkat. Pada saat ini, Kekaisaran Barat yang sedang goyah sangat bergantung pada Kekaisaran Romawi Timur untuk mendapatkan bantuan. Oleh karena itu, penguasa Romawi Timur, Leo I, memiliki pengaruh yang lebih besar daripada Ricimer.

Akhirnya, keduanya berkompromi, dengan Leo menunjuk Anthemius sebagai kaisar baru Romawi Barat sedangkan Ricimer bergabung dengan keluarganya dengan menikahi putrinya. Namun pada tahun 472 Anthemius gagal melawan Vandal, sehingga menimbulkan kemarahan Ricimer yang berbalik melawannya.

Anthemius ditangkap dan dipenggal, lalu diganti dengan Olybrius. Ricimer meninggal beberapa minggu setelahnya, diikuti oleh Olybrius di akhir tahun yang sama. Romawi Barat sempat bertahan selama beberapa tahun, sebelum akhirnya Odoacer memproklamirkan dirinya sebagai raja Italia dan mengakhiri sejarah Kekaisaran Romawi Barat.

Baca Juga: 5 Film yang Menceritakan Kembali Sejarah Dunia, Nonton Sambil Belajar!

Godwin, Earl dari Wessex

Antara tahun 1016 dan 1035, Denmark, Norwegia, dan Inggris membentuk Kekaisaran Laut Utara yang berumur pendek di bawah Raja Knut yang Agung. Kerajaan tersebut memang runtuh dengan kematian Knut, tetapi dua dekade tersebut menjadi saksi dari kelahiran "bangsawan baru" dari istana Knut.

Di antaranya adalah Godwin, yang menjadi Earl (penguasa wilayah) pertama Wessex di sekitar tahun 1020. Setelah kematian Knut, putranya, Harold Harefoot, bertarung dengan Alfred, putra Ethelred the Unready, untuk takhta Inggris. Menurut Anglo-Saxon Chronicle, Godwin berkonspirasi dengan Harold untuk menjebak pangeran muda itu sampai mati.

Harold meninggal pada tahun 1040 dan digantikan oleh saudaranya, Harthacnut, yang juga saudara tiri Alfred. Marah dengan pembunuhan Alfred, Harthacnut menggali tubuh Harold, memenggal kepalanya, dan membuangnya ke saluran pembuangan. Godwin berhasil lolos dari hukuman berat dengan meyakinkan Harthacnut dan memberikan hadiah padanya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Setelahnya, perebutan kekuasaan baru terjadi pada 1042, tepat setelah kematian Harthacnut, antara Magnus I dari Norwegia dan Edward sang Pengaku, putra Ethelred. Godwin mendukung Edward untuk mengamankan takhta Inggris tersebut. Selama pemerintahannya, ia dianggap sebagai orang terkuat kedua setelah raja.

Putranya, Harold Godwinson, menjadi earl baru dan kemudian naik takhta ketika Edward meninggal tanpa pewaris, membuatnya sebagai raja Anglo-Saxon terakhir sebelum invasi Normandia, di mana William sang Penakluk berhasil merebut takhta Inggris.

Richard Neville, Earl dari Warwick

Richard Neville, Earl ke-16 Warwick, adalah orang pertama yang mendapatkan julukan "kingmaker" karena membantu menggulingkan dua raja selama Perang Mawar. Selama paruh kedua abad ke-15, baik Keluarga Lancaster dan York memiliki klaim atas takhta Inggris. Ini memulai serangkaian perang saudara yang dikenal sebagai Perang Mawar.

Awalnya, Neville memihak Keluarga York, dipimpin oleh Richard, adipati ketiga York. Namun, Richard dan Earl Salisbury, ayah Neville, tewas dalam pertempuran. Kejadian ini meninggalkan Richard Neville dan putra adipati York, Edward, sebagai pemimpin pihak York. Pada 1461, mereka menang, dan Edward menjadi Raja Edward IV dari Inggris.

Sementara itu, kekuatan Neville mencapai puncaknya ketika dia mewarisi harta ayahnya dan ibunya, dan menerima banyak gelar dari raja. Namun hubungan antara Neville dan Edward menjadi buruk ketika Edward diam-diam menikahi Elizabeth Woodville, bukan saudara ipar Raja Louis dari Prancis seperti yang sudah direncanakan Neville.

Setelahnya, ia mencoba mengangkat saudara laki-laki Edward, George, ke atas takhta, tetapi gagal. Ia pun beralih sisi ke Lancaster dan menaikkan kembali Henry VI ke atas takhta Inggris. Meskipun awalnya berhasil, Edward berhasil merebut kembali takhtanya pada 1471, tepat setelah Richard Neville terbunuh di Pertempuran Barnet.

Pada saat Kaisar Aurangzeb meninggal pada tahun 1707, ia meninggalkan Kekaisaran Mughal sebagai wilayah kekuasaan yang hampir membentang di seluruh anak benua India.

Namun, yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian pemerintahan kaisar yang berumur pendek yang dimahkotai atau digulingkan sesuai dengan kepentingan dua orang yang sangat berpengaruh di istana pada saat itu — Syed Hassan Ali Khan Barha dan Syed Hussain Ali Khan Barha.

Pengganti Aurangzeb adalah putranya, Mu'azzam, yang menjadi Kaisar Bahadur Shah. Dia memerintah sampai 1712, setelah itu digantikan oleh putranya, Jahandar Shah. Sayangnya, pemerintahan Jahandar singkat, karena telah membuat marah banyak orang dengan mengangkat seorang gadis penari ke posisi permaisuri ratu.

Syed bersaudara pun memutuskan untuk mendukung salah satu keponakan laki-laki Jahandar, Farrukhsiyar, yang berhasil mengalahkan pamannya di Agra dan menjadi kaisar pada tahun 1713. Setelahnya, kedua bersaudara itu diberi gelar dan jabatan tinggi di pengadilan.

Namun hubungan antara Syed bersaudara dan Farrukhsiyar memburuk setelah dirinya mulai mencari penasihat lain. Pada tahun 1719, Syed menggulingkan Farrukhsiyar, dan mengangkat salah satu cucu Bahadur, Rafi ud-Darajat, sebagai kaisar baru.

Rafi menjadi penguasa boneka ketika Syed bersaudara menjadi pemilik kekuasaan sejati atas Kekaisaran Mughal. Sayangnya, Rafi hanya memerintah sekitar 100 hari sebelum meninggal. Dia digantikan oleh kakak lelakinya, Rafi ud-Daulah, dan sayangnya dia juga meninggal setelah 100 hari menjadi kaisar.

Kaisar setelahnya adalah Muhammad Shah yang, meskipun muda, tidak tertarik melayani Syed sebagai boneka mereka. Sebaliknya, ia mengumpulkan dukungan dari banyak bangsawan yang tidak puas dan mengakhiri kontrol mereka atas pemerintahan dengan membunuh Hussain dan mengalahkan Hassan dalam sebuah pertempuran balas dendam.

Dikenal secara tidak resmi sebagai ideolog utama Partai Komunis Soviet, Mikhail Suslov adalah seorang negarawan Soviet yang mempertahankan peran penting dalam Partai Komunis selama lebih dari tiga dekade hingga kematiannya pada tahun 1982.

Di bawah kepemimpinan Stalin, Suslov dengan cepat naik pangkat, dan pada tahun 1941 ia menjadi anggota penuh Komite Sentral Partai Soviet sampai akhir hidupnya. Dia diangkat sebagai sekretaris pada tahun 1947 dan diangkat ke Politbiro pada tahun 1952.

Suslov melihat hilangnya kekuasaan setelah kematian Stalin, tepat ketika Nikita Khrushchev memulai proses de-Stalinisasi. Namun, ia kembali ke "atas" dalam waktu satu tahun, karena pemimpin Soviet yang baru membutuhkan seorang pakar ideologis seperti Suslov untuk membantunya membenarkan kampanye anti-Stalin-nya.

Boleh dibilang, perannya sebagai kingmaker dimulai pada tahun 1957, ketika Khrushchev berada dalam perebutan kekuasaan dengan Kelompok Anti-Partai yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Stalin, Georgy Malenkov.

Seperti yang dikutip dari Britannica, Suslov memberikan dukungannya kepada Khrushchev dan membantunya untuk menghancurkan kaum Bolshevik lama. Namun, tujuh tahun kemudian, Suslov berganti posisi dan memainkan peran kunci dalam mengusir sekretaris pertama Soviet hanya untuk "petualangan" politik.

Banyak yang mengatakan kalau pada saat itu Suslov ditawari untuk menjadi pemimpin Uni Soviet, tetapi lebih memilih posisi sekretaris kedua. Dapat dikatakan kalau posisi ini memberinya lebih banyak kontrol atas pelaksanaan Komite Sentral, karena pemimpin Soviet harus bersaing dengan politik internasional dan fungsi resminya.

Politisi Amerika Serikat, James Farley, mungkin diingat sampai hari ini karena skandal korupsinya yang dijuluki "Farley's Follies." Tentu saja, ini hanyalah sebuah episode kecil dalam kariernya yang berlangsung selama beberapa dekade.

Farley sendiri melayani banyak pihak sebagai penasihat, terutama bagi pejabat tinggi, politisi, dan bahkan ketua Coca-Cola International. Namun, kesuksesan terbesar Farley adalah rekayasa empat pemilihan kemenangan untuk Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin D. Roosevelt.

Mengutip dari Britannica, Farley dan FDR pertama kali bertemu pada tahun 1924 di Konvensi Nasional Demokrat. Empat tahun kemudian, Farley menjabat sebagai manajer kampanye untuk pencalonan gubernur Roosevelt. Dia melakukan hal yang sama pada 1930. Pada tahun 1932 dan 1936, Farley membantu FDR terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.

Sebagai imbalannya, Roosevelt memberinya posisi postmaster general, ketua Komite Demokrasi Negara Bagian New York, dan ketua Komite Nasional Demokrat. Pada saat itulah orang-orang mulai mengenali pengaruh yang luar biasa dari James Farley dan menyebutnya sebagai "kingmaker," yang sempat membuat risih presiden.

Hubungan antara "King" dan "kingmaker" itu akhirnya runtuh pada tahun 1940, ketika Roosevelt memutuskan untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiganya alih-alih mendukung Farley sebagai presiden.

Nah, itu tadi 8 kingmaker yang telah membentuk alur sejarah dunia. Jadi, mana yang lebih penting, "king" atau "kingmaker"? Jawabannya tergantung pada persepsi kalian masing-masing tentang mana yang lebih baik – menjadi sosok pemimpin yang berkuasa atau mengendalikan pemimpin dan bayangan.

Baca Juga: Mengerikan, 8 Eksperimen Psikologis Terburuk dalam Sejarah Sains

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

In a country marred by dynastic politics and corruption, many Indonesians saw him as a revolutionary.

"In 2014, there was a slogan, 'Jokowi is one of us'. He was not a typical Indonesian politician," said political analyst Firman Noor from Indonesia's National Research and Innovation Agency.

"Everybody had high hopes for a better democracy."

Mr Widodo's administration had a somewhat shaky start, rushing into some policies only to backtrack on them later.

Over the years, he built a strong track record on economic growth and infrastructure development. His infrastructure push produced 16 new airports, 18 new ports, 36 dams and more than 2,000km (1,240 miles) of toll roads. Indonesia is expected to overtake Russia and the UK to become the world's sixth largest economy by 2027, according to IMF forecasts.

Mr Widodo is credited with achieving all this while remaining close to the ground. One of his political trademarks, known in Indonesian as "blusukan", involved impromptu visits to connect with the people and listen to their needs and grievances.

Megaco (resmi H.248) adalah sebuah implementasi dari Media Gateway Control Protocol arsitektur [1] untuk mengendalikan Media Gateways di Internet Protocol (IP) jaringan dan masyarakat beralih jaringan telepon (PSTN). Dasar umum arsitektur dan antarmuka pemrograman awalnya digambarkan dalam RFC 2805 dan saat ini definisi Megaco spesifik adalah ITU-T Rekomendasi H.248.1.

Megaco mendefinisikan protokol untuk Media Gateway Controller untuk mengontrol Media Gateways untuk mendukung aliran multimedia di jaringan komputer. Hal ini biasanya digunakan untuk menyediakan Voice over Internet Protocol (VoIP) jasa (suara dan fax) antara jaringan IP dan PSTN, atau seluruhnya dalam jaringan IP. Dalam protokol tersebut merupakan hasil kolaborasi dari kelompok kerja MEGACO Internet Engineering Task Force (IETF) dan International Telecommunication Union ITU-T Study Group 16. IETF standar aslinya diterbitkan sebagai RFC 3015, yang kemudian digantikan oleh RFC 3525.

Istilah Megaco adalah sebutan IETF. ITU kemudian mengambil alih kepemilikan protokol dan versi IETF telah direklasifikasi sebagai bersejarah. ITU telah menerbitkan tiga versi H.248.1, terbaru pada bulan September 2005. H.248 mencakup bukan hanya spesifikasi protokol dasar di H.248.1, tetapi banyak ekstensi didefinisikan di seluruh H.248 Sub-series. Pelaksanaan lain Media Gateway Control Protocol arsitektur ada dalam protokol MGCP bernama sama. Ini digunakan melalui antarmuka yang sama dan mirip dalam aplikasi dan fungsi pelayanan, bagaimanapun, adalah protokol yang berbeda dan perbedaan yang mendasarinya membuat mereka tidak cocok.